Kamis, 27 April 2017

gagasan tertulis tentang Konsep Pendidikan Etika untuk Generasi Alpha Pendidikan Etika Demokratis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Era globalisasi atmosfer kehidupan ini terdapat berbagi macam generasi disetiap jaman nya. Pendidikan etika merupakan salah satu pendidikan yang harus diterapkan oleh pendidik kepada peserta didik dalam setiap generasi.Pendidikan etika harus menyesuaikan dengan siapa yang akan di didik oleh pendidik. Dalam teori generasi, terdapat berbagai macam generasi yang salah satunya adalah generasi alpha. Generasi tersebut juga dikatakan sebagai generasi internet karena setiap anak yang lahir akan mengetahui dan cepat menguasai sebuah teknologi. Generasi ini adalah generasi terpintar sepanjang masa, dengan segala kemudahan akses tekonologi. Sering sekali generasi ini pandai dalam hal tertentu tetapi tidak memiliki etika yang baik kepada orang lain. Mereka kurang memiliki semangat sosial antar manusia dan kurang dalam hal kreatifitas. Karena berpedoman hanya pada gajet dan memudahkan segala hal dengan menggunakan sebuah gajed.
Maka dari itu, untuk membentuk generasi yang lebih dari generasi sebelumya perlu adanya sebuah pendidikan, tidak hanya pendidikan formal saja melainkan harus ada pendidikan-pendidikan karakter lain untuk membuat sistem pendidikan yang baik diterapkan pada masanya. Salah satu pendidikan-pendidikan karakter yang dapat pendidik berikan kepada peserta didik adalah pendidikan etika, pendidikan  yang dapat mendidik anak-anak supaya tidak antisosial dan kurang kreatif. Sangat disayangkan apabila generasi terpintar sepanjang masa tidak memilki etika yang baik bahkan krisis etika. Saya sebagai pendidik generasi alpha dan calon-calon pendidik nantinya harus mempunyai konsep mendidik generasi ini dengan konsep pendidikan etika yang tepat diterapkan pada generasi ini.




1.2  Tujuan

1.      Pendidik dapat memberikan pendidikan etika dengan cara dan konsep yang baik untuk peserta didik.
2.      Menerapkan pendidikan etika dengan tepat untuk generasi alpha.
3.      Pendidik dapat mengembangkan  karakter sosial dan kreatifitas seorang peserta didik.

1.3  Manfaat

1.      Pendidik memiliki jiwa mendidik yang baik.
2.      Mengembangkan karakter peserta didik yang sosial dan kreatif.
3.      Memperbaiki etika pada peserta didik yang krisis etika.














BAB II
GAGASAN

2.1 Analisis Situasi Saat Ini
            Menurut data dari yayasan The 2016 Kids Count Data Book, remaja sekarang memiliki kondisi yang lebih stabil meskipun pada nyatanya negara tempat mereka tinggal sedang mengalami krisis. Penelitian yang berlangsung pada tahun 2008 sampai 2014 ini juga menunjukkan mereka yang lahir setelah 1995 jauh lebih baik dalam bidang kesejahteraan, ekonomi, pendidikan, kesehatan, keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan keterangan WHO, remaja adalah orang yang berada pada rentang usia 10-19 tahun. Pada rentang usia tersebut, remaja biasanya tengah mencari jati diri.
Pada 2016 ini, kelompok remaja diisi oleh para generasi millennial atau yang biasa disebut generasi Z, yaitu generasi yang lahir pada akhir 90-an hingga 2000-an.
Menurut pakar informasi teknologi (IT), Nukman Luthfie, generasi millennial ini lahir ketika internet sudah mulai mewabah. Hal ini membuat generasi Z disebut-sebut sebagai generasi digital. Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu generasi X dan generasi Y,  remaja millennial ini memiliki hidup yang sangat digital.
Generasi lain (X dan Y), sumber informasinya dari televisi, ke-dua dari source engine, baru yang terakhir media sosial. Kalau generasi Z sebaliknya, dari media sosial, televisi, baru search engine. Generasi Z ini tidak baca koran, kurang baca majalah, kurang nonton televisi, generasi ini bisa dengan mudah mengadopsi tren yang ada di dunia, lantaran akses internet yang sangat mudah. Terlebih lagi setelah Facebook dan Twitter, media sosial seperti Instagram dan Snapchat kini kian digandrungi remaja.
Eksistensi remaja di dunia maya sendiri juga beragam.
Memang, pada kenyataannya saat ini sudah banyak remaja yang kreatif membuat konten sosial medianya menjadi menarik. Entah itu tutorial merias wajah, memasak, membuat prakarya, menampilkan hasil fotografi, atau memamerkan lagu terbaru.
Seluruh konten yang diunggah ke sosial media tersebut, kata Nukman, sama dengan artinya menyebarkan karya ke ruang publik.  Makanya ada hal yang enggak boleh dilanggar, yaitu etikasosial.
         Jika etika tersebut dilanggar, maka konsekuensi pun harus diterima, seperti dicaci dan dikucilkan. Hal lain yang tak boleh dilanggar adalah hukum.
Bermain sosial media juga harus paham hukum-hukum, seperti undang-undang pornografi dan ITE. Bagi Generasi Z, pendidikan dan gelar akademik merupakan hal penting. Banyak lulusan perguruan tinggi mendapat pekerjaan pada posisi menengah (middle income position). Penelitian ini pun juga menyimpulkan bahwa pendapatan mereka rata-rata US$ 10,66 per jam atau sekitar Rp 143.164 per jam. Jika dikalkulasikan selama delapan jam sehari dengan waktu libur dua hari sepekan, penghasilan mereka bisa mencapai rata-rata Rp 25 juta sebulan.
Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat generasi ini lebih ramah terhadap teknologi, di mana mereka lahir dan besar di saat semua benda mengalami digitalisasi. Perkembangan informasi, cepat mendapatkan berita, bahkan media sosial adalah kebiasaan sehari-hari yang tak bisa dipisahkan. Dengan tingkat akses yang lebih cepat dan mudah membuat generasi ini lebih lincah dan cepat, meski terkesan pragmatis.
Jadi dapat disimpulkan jika generasi Z adalah generasi digital. Mereka lahir dan tumbuh usai krisis global terjadi, di mana pertumbuhan ekonomi sedang cepat dan lahirnya berbagai teknologi baru yang jauh lebih cepat. Dengan hampir semua hal yang telah ada, secara tak langsung membuat mereka menjadi lebih mudah dan sadar untuk merefleksikan diri untuk menjadi apa di masa depan









2.2 Gagasan Konsep
           
Konsep pendidikan etika  yang tepat untuk saya terapkan pada generasi alpha yang akan saya didik adalah menerapkan konsep pendidikan etika demokratis. Pendidikan etika demokratis adalah sebuah pendidikan yang mengutamakan karakter dan etika seorang peserta didik untuk menghadapi tantangan globalisasi dan dilakukan secara hubungan demokratis. Yaitu hubungan yang timbal balik dan saling mempengaruhi antara berbagai sub sistem dalam sebuah sistem pendidikan etika. Dimana adanya ruang keterbukaan antara pendidik dengan peserta didik untuk mengungkapkan pendapat mereka mengenai cara maupun sistem pembelajaran pendidikan etika, selain itu juga dapat memberi masukan antara pendidik kepada peserta didik maupun sebaliknya untuk mempererat hubungan antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajarn etika.
            Ada beberapa hal pokok yang terdapat dalam pendidik etika demokratis yang harus diterapkan oleh pendidik kepada peserta didik, yaitu     :
1.      Membimbing dan memperbaiki sikap, etika, dan moral peserta didik.
2.      Mengembangkang skill peserta didik lewat pelajaran akademik maupun pelajaran non akademik.
3.      Proses kegiatan belajar mengajar tidak hanya di dalam kelas, melainkan bisa langsung terjun ke lapangan.
4.      Mengembangkan jiwa sosial peserta didik.

Hal pokok tersebut saya ambil dari kekurangan-kekurangan generasi alpha yang akan saya didik nantinya. Membimbing etika peserta didik yang pertama adalah memberi pengetahuan, kemudian lewat sebuah permainan interaktif baik di dalam ruangan kelas maupun di luar ruangan kelas, baik individu maupun kelompok, peserta didik harus dapat aktif dalam proses kegiatan permainan interaktif, yang di dalamnya saya masukkan unsur-unsur kebersamaan, jiwa sosial, kerjasama, demokrasi (mengungkapkan pendapat masing-masing) dan permainan interkatif tersebut selain menggunakan media elektronik yang paling utama, juga menggunakan media non elektronik seperti, membaca buku, berkomunikasi dengan orang, dll.
Pendidikan etika demokratis tidak hanya mengedepankan kemampuan akademik, melainkan juga kemampuan non akademik, seperti di bidang ekstrakulikuler sekolah, organisasi sekolah, dll. Peserta didik harus mempunyai minimal 2 kegiatan di bidang non akademik. Selain itu, penilaian tidak hanya berdasarkan hasil akademik tetapi juga penilain sikap, moral dan etika peserta didik selama sekolah.
            Pendidikan etika demokratis ini juga melakukan kegiatan belajar mengajar di luar kelas, seperti pendidik memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan wawancara dengan narasumber yang telah di tentukan oleh pendidik. Dengan kegiatan tersebut diharapakan peserta didik dapat mengembangkan etika berbicara kepda orang lain dan memilki jiwa sosial. Pendidik juga memberikan sebuah projek kepada peserta didik baik individu maupun kelompok yang berisi tentang pendidikan etika yang melibatkan kontak hubungan sosial dengan orang lain, baik menggunakan media masa, media elektronik, maupun manual.
            Konsep pendidikan ini tetap menggunakan media elektronik karena hal tersebut adalah kelebihan generasi alpha dalam menggunakan media elektronik dan menggunakan media-media yang lain yang belum pernah peserta didik gunakan.











2.3 Kehandalan Gagasan
Konsep pendidikan etika demokratis ini sangat baik diterapkan pada generasi alpha yang pandai dan unggul dalam penguasaan media elektronik yang memiliki kekurangan dalam hal kreatifitas dan hubungan sosial. Pendidikan etika demokratis tidak hanya mengedepankan kemampuan akademik, melainkan juga kemampuan non akademik. Peserta didik tidak dapat berkembang dan berlomba-lomba dalam era globalisasi ini jika hanya mengandalkan kemampuan akademik, dalam dunai kerja di lapangan banyak membutuhkan skill selain kemampuan akademik.
            Pendidikan etika juga dikedepannya mengingat generasi sekarang mengalami krisis etika dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan adanya pendidikan etika demokratis ini, masalah-masalah tersebut dapat ditanggulangi dan diperbaiki, selain itu juga mendidik peserta didik untuk siap terjun ke masyarakat dan dunia kerja nantinya.
            Pendidikan etika demokratis ini memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk berpendapat mengani proses belajar apa yang merek inginkan dan sukai, tetapi tetap tidak keluar dari konsep-konsep pendidikan etika demokrasi.
            Pendidikan ini juga menyeimbangkan antara kegiatan akademik dan non akademik untuk perkembangan peserta didik. Melaui permainan interaktif, outingclass, projek, dll.










2.4 Strategi Penerapan
1.      Membimbing dan memperbaiki sikap, etika, dan moral peserta didik.
Seorang pendidik tidak hanya murni memberikan imu akademik, namun juga memeberikan nilai-nilaiyang penting untuk perkembangan peserta didik, seperti : kedisiplinan, kepatuhan, kerjasama, dll.
2.      Mengembangkang skill peserta didik lewat pelajaran akademik maupun pelajaran non akademik.
Sebagai seorang pendidik dalam kegiatan belajar mengajar dapat memberikan tugas-tugas tambahan yang merangsang kreatifitas peserta didik, baik tugas individu maupun tugas kelompok, seperti memberikan tugas projek membuat sebuah benda hasil kreatifitas dari penggunaan bahan bekas yang memilki nilai guna.
3.      Proses kegiatan belajar mengajar tidak hanya di dalam kelas, melainkan bisa langsung terjun ke lapangan.
Pendidik memberikan materi dil luar kelas (outing class) dengan materi apa yg sudah diberikan dan di praktekkan dalam lapangan.
4.      Mengembangkan jiwa sosial peserta didik.
Peseta didik dilatih untu dapat bersosialisasi dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.










BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Pendidikan etika sangat penting untuk diterapkan seorang pendidik dalam proses belajar mengajar untuk mengembangkan karakter peserta didik. Mengingat peserta didik jaman sekarang banyak yang mengalami krisis etika, hal itu dalah Pe Er dan tugas baru bagi pendidik sekarang dan calon pendidik di masa mendatang.
            Menjadi seorang pendidik harus mampu mempunyai karakter yang baik, yang mana akan menjadi contoh dan teladan bagi peserta didik. Selain itu, pendidik juga memiliki tugas untuk membina dan memperbaiki moral peserta didik.
            Kita sebagai pendidik maupun calon pendidik harus kreatif dan inovatif dalam mengembangakn konsep pendidikan etika yang tepat diterapkan pada generasi yang ada. Salah satu contohnya adalah Pendidikan Etika Demokratis.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar